Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Luka Yang Sama

Gambar
Pada Doa-Doa yang Dipanjat  Ku Sisipkan Harapan Untuk Nyata Lalu Berharap Kita Berjumpa Dalam Alam Mimpi  Nyatanya Tak Seindah Demikian Sepertiga Malam  Rinai-Rinai Hujan Mengundang Dingin  Aku Sibuk Memeluk Diri Dari Kesunyian  Dahulu Aku Kira Kau Ingin Menetap Tapi,  Nyatanya Kau Sekedar Singgah,Melukis Kisah Lalu Membawa Luka Yang Sama 

Hujan dan Kopi Pagi

Gambar
Fajar pagi menggundang di timur semester  Di meja yang sama aku  duduk termenung  Sedang di luar hujan dengan giat membasahi  bumi Air Tuhan turun sedang aku sibuk menikmati kopi  Hujan dan kopi pagi  Suguhan dari dapur ibu sebuah kebiasaan, yang  Selalu dirindu Di meja ini imajiku menarik kata hingga melukis nama Hujan dan kopi pagi  Kebiasaan yang membuatku bertahan,hingga lupa kenyataan  Ibu sudah menua, Bapak sudah uban sedang aku masih melajang Maaf  aku bukan tak ingin menikah tapi, aroma dapur  ibu,hujan dan kopi pagi  Mengajak ku menetap di rumah orang tua 

Kita Usai Disini

Gambar
Pada rinai-rinai hujan Kau datang mengajak rindu  Membuatku berani basah dari butir-butirnya Menembus dingin,lalu memeluk diri dari gigil Ini malam yang keseribu kali  Di depan teras rumah membisu dengan kata menunggu  Weekend yang kesekian kali kau menghilang  Apa kabar, tanya ku tanpa suara pada malam yang layu Kau dimana, kemanakah gerangan  Awalnya kita seperti sepasang rembulan yang benderang  Tapi kini seperti awan hitam  yang begitu kejam , ,hingga malam begitu gelap  Sayang, sebelum menambah luka ku putuskan Kita usai disini

Untuk Kita Semesta Selalu Tahu

Gambar
  Malam kian menyuguhkan dingin lalu bintang, Memancarkan keindahan hingga semesta menjadi objek utama Pada langit-langit semesta lagi –lagi tawamu menguasai diriku Dan tinta darahku kembali menguasai tubuhku Dengan hati-hati aku merindukanmu,lalu  Mulai mencoba menyapamu via whatsapp Dering balasan adalah penantian, dan jawabanmu adalah harapan Dari layar handphone kau menyapa ku lembut Hingga hatiku merasa sendu, kita kembali tersenyum Dari sekian lama menjadi musuh, perasaan kita hampir saja lapuk Tapi takdir merayu, kita kembali menyatu   Semesta selalu tahu cara mempertemukan kau dan aku

Puisi Untuk Bapak

Gambar
  Bapak....... Telah   ku tulis ribuan kali puisi cinta untuk mu Yang melebihi cinta ku pada lelaki yang menjadi pendamping Sebab cinta terbesarku adalah dirimu, kerap kali aku membisu Air mata ku terkadang jatuh tanpa sadar, Doa ku hanyalah diri mu   Bapak .... Kokohmu menjadi kuatku, tak pernah ku habiskan malam Dengan tidak menceritakan tentang mu pada harianku Kisah silam dan sekarang tentangmu selalu menguatkanku , Saat aku ingin menyerah   Bapak ........ Dalam sunyi yang lemah aku merangkai kata dan air mata Hingga rintiknya jatuh pada selembar kertas,  Lalu aku mulai mendekap dalam Doa Betapa disetiap ujud-ujudnya aku ingin bertemu dengan mu,  Menantilah T etap sehat  jiwamu dan kuatkanlah ragamu Pada harapan tentang gadis kecilmu   pasti selalu ada   jalan Akan kembali pulang pada waku yang kau Doakan

Serupa Daun Yang Gugur

Gambar
                                       Pada petang yang kian redup ada rindu yang menggembu tentunya tak tentu arah, lalu aku harus bagaimana? Haruskah aku merangkak  menuju bayang – bayang mu yang berkelana disetiap sudut ruang yang ku tatap. Bersama jingga di ujung barat sore ini banyak yang ingin ku cerita tentang dia yang telah lama menghilang begitu saja, rasanya seperti pelangi  yang datang sesaat usai tubuhku basah kuyup datang menghangatkan dengan indahnya janji lalu menghilang tiada kabar. Aku menemukan dia enambelas hari sebelum kemerdekaan, saat itu aku tengah di rundung masalah hati ku benar- benar berantakan tak ingin bercinta tak juga ingin terluka namun apadaya dia datang menjelma menjadi  malaikat  hingga  aku begitu cepat percaya dengan mudah jatuh cinta mungkin  semua sudah takdirkan, kini yang ku punya hanya nostalgia lama yang tak dapat te...

Serupa Daun Yang Gugur

Gambar
Diatas tumpukan awan jingga Ada kerinduan yang kutitip sejak pagi tadi  Kini bumi tengah menuju malam  Menarikku masuk ke dalam angan Waktu dan kenangan kini beriringan  Setiap langit yang ku tatap,  penuh dengan kau dan aku  Tapi siapa sangka takdir Tuhan  Hanya ingatan akan nostalgia saja yang ku punya  Aku terjebak pada rasa Mengata jelas dalam penglihatan Semoga kita litani yang terkabul  Sebab, Serupa daun yang gugur Rinduku tak tentu arah,membelenggu  Disetiap deguban dada 

Menanti diatas Perahu Mati

Gambar
( Sponsor by Photo; Perahu Mati di Pantai Pede-Labuan Bajo) Pada senja yang hendak pergi Dan malam yang datang silih berganti  Ijinkan penaku bergerak bebas di permukaan aksara  Sembari menikmati laluby, musik dari sang penyair  Bercerita tentang dia yang ku nanti  Kemarin saat  pagi  datang berlahan  Kutemukan dia  diantara  mega sang fajar Sekuntum bunga mawar dan harapan disempatkan  Sempurnanya sebelum pergi yang menjadi sandiwara  Hari ini  pada sore yang kesekian kali aku diam membisu,   menatap senjakala  Tak kudapatkan dirinya  disana,sesungguhnya  Aku tak sanggup harus kehilangan, rindu ini membelenggu  Diatas  perahu mati aku menanti  Seraya menatap indah semesta menuju malam  Ku bisik merayu, perahu mati  jangan lapuk  Sampai penantian ku berakhir   

Lelaki Penikmat senja di Tanah Nuca Lale

Gambar
(Sponsor By Photo Pantai Pede -Labuan Bajo) Petang sore tadi  Senja kian bergelora di kejauhan  Memamerkan jingga pada barat bumi ini  Sepasang Pseudobulweria Rupinarum  Terbang melayang hendak kembali pulang ke sarang Sedang aku sibuk bersenandika di hadapan ombak    Mataku  terpanah pada sebuah objek nyata Di kejauhan lelaki penikmat senja di tanah Nuca lale  Seorang diri seolah menanti malam, membelakangi    Perempuan yang tengah mengaguminya  Aku tak mengenalnya, tak pernah ingin bertemu , Tapi dipertemukan  pada senja sore ini Seutuhnya bukan kita yang berdampingan ,hanya saja Kita bersatu pada objek yang sama Aku ingin menyapa, Tapi tak ingin kembali pada kisah yang sama  Namun apa daya saat beralih pandang mata mu  Sekujur tubuhku seolah tersesat, aku seolah gugup tak berdaya, mengisyarat saja tak sanggup Jika mungkin bisa,aku ingin  Mengajakmu menyusuri tanah nuca lale, tanah congka sae, Negeri ku yang el...

Forgetting Riding -Kesatu

Gambar
  Enam tahun sudah berjalan kisah kita, aku menemui mu dipetang sore itu saat senja sedang giat-giatnya menampakan jingga  di ujung barat bumi ini, kala itu kau berdiri ditengah keramaian sedang aku tengah berada didalam kesepian, kau menatapku melemparkan sepucuk senyuman , saat itu juga aku merasakan  akan di landa masalah besar, aku jatuh pada sepucuk senyuman dari bibir tipismu yang mematik hasrat  menginginkan akan di kecup bibir setipis bibirmu. aku merasa akan menjadi purnama yang indah jika pujangga yang menatapnya disetiap malam adalah dirimu,ku pikir awalnya aku  tak begitu sungguhan sebelum aku mati sungguhan jika kehilangan dirimu, menatapmu dalam waktu yang lama membuatku tak berdaya sebelum aku benar-benar tak berdaya karena kehilangan dirimu,aku menyadari kata-kata yang kau ucapkan kala itu hanya kebohongan semata,pelukan yang kau berikan hanya untuk menciptakan kehangatan diantara kita bukan bermaksud melindungiku hingga kita menua bersama. kini ...

Teruntuk yang berpijak di angkasa

  Teruntuk mu yang selalu di angkasa Aku lupa bagaimana cara   menceritakan tentang mu Bagaimana jarak   memisahkan kita dari kenyataan Hingga akhirnya kita terpisah begitu saja, hilang kabar lalu diam- diam menghilang Awal aku mengira kaulah yang paling berharga dari segalanya Ehh... ternyata itu salah, kau malah diam-diam mencoba menciptakan luka Memang sepantasnya menurutmu aku tak pantas, bukan begitu juga Hanya kau belum sempat memahami arti cinta yang sesungguhnya Hingga akhirnya aku sadar, akulah yang harus mengalah Tidak semua yang   pernah singgah itu menetap dan menjadi rumah Tidak semua yang   mencintai dicintai lalu menikahi Kita mungkin hanya ditakdir sebatas pertemuan tidak sampai pada pelaminan Akhirnya aku harus mengalah bukan? Kelak jika kau temukan wanita yang kau anggap layak, jadikan dia pantas Jangan banyak mencari yang sempurnah,cinta tak seharus sepadan Cukupkanlah dia dapat menemanimu, kelak genggamlah Tang...

Selepas Kau Pergi

Gambar
Selepas kau pergi banyak hal yang kudapat,beberapa karya aku lahirkan dari imajinasi kepala  itu semua menceritakan tentangmu  memang perihal patah hati bagi ku bukan hal yang biasa bukan juga seperti halnya mereka menangis dan hilang semangat, itu tidak ada pada cerita patah hati ku patah hati bagiku adalah jalan, iya jalan untuk mengudara dan lebih semangat untuk berjuang. pada akhirnya seperti yang pernah ada dipostingan hakikat cinta itu saling menyakitkan.  Patah hati untuk ku adalah cerita dan peristiwa teristimewa kita tak seharusnya menyesal dan saling menyalahkan juga berharap untuk tidak pernah mengenal, seharusnya kita harus saling bersyukur pernah mengenal orang yang  tak pernah ingin dikenal akan tetapi dia datang walau pada akhirnya kita harus terpisah, beberapa kebahagian sudah kita raih bersamanya, bukankah itu sempurna kita  pernah saling memberi tawa walau akhirnya hanya sesak didada yang kita  dapatkan, kita pernah  salin...

Perihal Jarak

ingin aku berpijak jauh  dari tanah yang fana  menatap langit biru yang kian pesona  lalu ingin berada disana, sungguh imajinasi leluasa  menikmati deru pesawat yang datang dan pergi  adakah gerangan? kau yang kian sibuk menggapai angan  melangkah tegap penuh bijaksana, laksana eorang pahlawan  dan aku kian sibuk  membunuh segala rasa,   menunggu disetiap deru yang ada , berharap  kau selalu datang  mmbawa asmara lalu kita setatap entah esok atau nanti, setelah usai menata impian  untuk hari ini, cukupkanllah kita bersijoli tanpa tatapan  setiap yang menderu ku jadikan  diri mu  semoga demikian, setiap yang berjuang kau jadikan aku 

Akara dan lukisan kopi

Gambar
Di luar dersik hujan begitu ramai Rintikanya begitu giat menciptakan dingin Sedang aku begitu mesrah menikmati seruput kopi Pada ampasnya ada akara wajahmu , menarik hasrat tangan ku Melukisnya disana Di luar hujan begitu ramai Dinginya   mengajakku untuk   terus berkelana Menyeruput kopi berlukiskan akara wajah mu Hingga jam- jam kesepian   datang ke arahku dan fajar begitu cepat mendekat pada subuh yang hendak pergi sedang aku masih merindukan  akara wajahmu pada lukisan kopiku   

Petrikor Sore dan dirimu

Gambar
Alam sungguh andiwara Lagu yang kau nyanyikan merasuk sukma Sedang aku meraki di atas meja nirmala Petrikor sore menembus hidung sungguh amat terasa Juga dersik yang mencekam jemari, dingin ku mimpikan sang kekasih Suguhan impian secangkir kopi dari mu,aroma khas kampung halaman Kau baluti pula dengan sesimpul senyum ,menggiur Ingin aku berkelana di seputaran bibirmu Kali ini tubuh seolah membeku,lantaran Nayamika milikmu sungguh sempurna Sinar apa yang kau pantalukan,kau pandai mensetting Hingga mataku seolah hanya dapat memandang mu Kian bercahaya,sampai aku gugup memecahkan keheningan diantara kita Daya yang kau ciptakan membuat ku seolah bisu dihadapan mu